Dalam pengelolaan sumber daya alam yang lestari tidak dapat dipungkiri harus melibatkan kerjasama yang seimbangan antara laki-laki dan perempuan, dengan adanya pembagian peran dan relasi yang baik antara laki-laki dan perempuan diyakini akan menciptakan dampak baik terhadap ekologis, sosial, ekonomi dan budaya dalam pengelolaan sumber daya alam. Namun dewasa ini peranan perempuan mulai diabaikan bahkan sampai pada ambang penghilangan peran dalam pengelolaan sumber daya alam. Sehingga yang muncul kemudian adalah ketidakseimbangan dalam kehidupan.
Keterlibatan perempuan dalam pengeloaan sumber daya alam, tidak hanya terkait dengan ikut dalam penggarapan lahan tetapi juga mempunyai andil dalam mengetahui, memutuskan dan memilih pengelolaan seperti apa yang akan dilakukan serta peran kontrol terhadap pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan. Namun saat ini peran perempuan cendrung diarahkan pada pengelolaan semata tanpa mempunyai andil untuk memilih dan menentukan pengelolaan yang sesuai dan diinginkan, dilain hal beban ganda yang ada pada perempuan juga menjadi penghambat perempuan untuk mengembangkan pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya mereka, mereka secara mutlak dibebankan untuk pekerjaan domestik rumah tangga tanpa adanya peranan laki-laki. Persoalan-persoalan ketimpangan peranan antara laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam ini kemudian juga tejadi di kelompok tani harapan jaya, Jorong Giri Maju, Nagari Koto Baru, Kabupaten Pasaman Barat.
Kelompok harapan jaya adalah kelompok tani yang terdiri dari 18 kepala keluarga yang tergabung dalam gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Talogo Bawah Gunung, lokasi kelompok ini diberada di kaki Gunung Pasaman yang cukup terisolir dari pusat perkampungan jorong giri maju oleh karenanya pemukiman kelompok tani harapan jaya tidak memiliki fasilitas penerangan (listrik) dan jauh dari sumber air bersih sehingga harus membuat kolam penampungan air hujan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan perladangan.
Kelompok harapan jaya bukanlah penduduk asli nagari koto baru, mereka datang dari Sumatera Utara pada tahun 2000 untuk menjadi Buruh di Plasma Perkebunan Sawit PTPN VI dan diberikan tempat tinggal di perumahan plasma namun beberapa waktu berikutnya karena perumahan akan dibagikan kepada petani plasma mereka dipindahkan ke lahan kosong (tempat mereka tinggal saat ini) yang diberikan oleh niniak mamak dan pemerintahan nagari koto baru kepada mereka sebagai tempat mereka tinggal dan berladang, luas lahan yang diberikan rata 2 Hektar per kepala keluarga, 3 tahun mereka baru mengetahui bahwa lahan yang mereka tempati merupakan kawasan hutan dengan fungsi hutan lindung.
Mengetahui lahan yang mereka garap dan tempati merupakan kawasan hutan, mereka bergabung dalam Gapoktan Talogo Bawah gunung untuk mengajukan PHBM dalam skema Hutan kemasyarakatan pada akhir tahun 2011 namun sampai saat ini setelah verifikasi yang dilakukan oleh kementrian kehutanan SK Penetapan Area Kerja HKm yang mereka ajukan belum keluar, namun untuk menyambung hidup mereka tetap tinggal dan menetap di lokasi tersebut dan berharap izin PAK akan segera keluar.
Hidup dalam kondisi yang serba terbatas bukanlah pilihan yang mudah dan sangat sulit untuk dijalani oleh kelompok harapan jaya ini, terlebih hal ini dirasakan oleh kelompok perempuan (kami memanggil mereka Inang). Tinggal di lokasi yang jauh dari pusat permukiman membuat akses mereka tertutup dalam berinteragsi dengan penduduk lain dan dari hari ke hari hanya bergaul sesame mereka dan lingkungan yang sama. Beban yang harus diemban oleh inang-inang di kelompok harapan jaya ini berlipat ganda dari penguruh rumah, anak, suami dan juga menjadi ujung tombak dalam penggarapan ladang mereka.
Dapat dikatakan bahwa, dalam penggarapan lading sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh inang-inang setelah sebelum dan setelah menggarap ladang mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah, peranan laki-laki dalam kelompok ini hanya membantu dalam hal tertentu seperti menjual hasil panen ke luar, membeli kebutuhan ke luar, dan interagri lainnnya dengan pihak luar, termaksud dalam pengajuan HKm dengan gapoktan talogo bawah gunung yang mengambil peran untuk berkomunikasi dengan gapoktan adalah kelompok laki-laki, hal ini juga kelompok laki-laki mengambil peran untuk memutuskan segala hal untuk diterapkan dalam kelompok harapan jaya.
Perkumpulan Qbar , pada awalnya mendampingi Gapoktan Talogo Bawah Gunung dalam pengajuan HKm, Gapoktan Talogo Bawah Gunung terdiri dari beberapa kelompok tani diantaranya adalah Semangat, Sakato, Harapan Jaya, Saiyo, Bersatu dan Sinar. Evaluasi dari beberapa waktu pendampingan di gapoktan disadari bahwa peterlibatan peran perempuan sangat minim bahkan nyaris tidak ada, setiap pertemuan hanya dihadiri oleh kelompok laki-laki yang menurut mereka sudah mewakili seluruh anggota kelompok selain itu keterbatasan kehadiran kelompok perempuan karena terkendala mengurus rumah dan anak, sehingga tim Qbar memutuskan untuk mengunjungi masing-massing kelompok tani dan merintegrasi langsung dengan kelompok perempuan.
Dari integrasi langsung yang dilakukan (khususnya kelompok tani harapan jaya), terlihat jelas inang-inang di kelompok harapan jaya memiliki beban ganda sehingga dapat dikatakan tidak ada waktu untuk berkumpul dan berintegrasi dengan dunia luar, selain dibatas dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, sebagian besar urusan menggarap lahan dan ladang juga dibebankan kepada inang-inang sehingga nyaris tidak ada waktu yang tersisa untuk melakukan kegiatan lain namun ada semangat dan ketertarikan mereka untuk mengetahui dan terlibat dalam berbagai kegiatan sebenarnya hal ini dapat dilihat ketika Qbar berkunjung ke ladang dan berdiskusi dengan kelompok, inang-inang sangat antusias mendengarkan dan aktif bertanya hal-hal yang tidak mereka pahami.
Saat ini Qbar masih masih melakukan mendekatan kepada kelompok tani harapan jaya untuk melihat lebih utuh persoalan yang dihadapi oleh inang-inang, selain itu juga melihat apa harapan mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih layak. Disadari Qbar baru dalam pekerjaan – pekerjaan pemberdayaan terhadap kelompok perempuan sehingga perlu peningkatan kapasitas dan belajar dari pengalaman di lain tempat sehingga kedepan secara maksimal dapat membantu pemberdayaan kelompok perempuan harapan jaya.
Oleh : Nora Hidayati